Ada seorang perempuan yang suda mempunyai pacar dan sudah menjalin hubungan sekitar dua tahun. Peremuan dengan laki-laki itu terpaut umur tiga tahun. Mereka jarang bertemu tapi komunikasi masih lancar, namun saat laki-laki itu sudah menjadi sarjana dan bekerja di luar kota yang mengharuskan hubungan jarak jauh. Dari awal perempuan itu sudah membicarakan masalah kalau dia tidak bisa berhubungan jarak jauh. Dia takut jika nantinya lebih merasakan ‘sakit’ ataupun dia menyakiti pasangannya. Tetapi pacar perempuan itu meyakinkan kalo mereka tetap bisa berpacaran dan janji untuk tetap berkomunikasi. Dan OK ! janjipun sudah dibuat.
Namun semua memang
tak seindah yang dibayangkan, dalam masa training pacarnya, mereka jarang
sekali berhubungan. Awal-awal saat jarak jauh lancer-lancar saja, saling
mengerti jika satu sama lain mempunyai kesibukan maka komunikasi yang renggang
itu dimaklumi. Namun sekitar sebulan berikutya komunikasi semakin renggang,
perempuan itu merasa seperti tidak lagi diperhatikan.
Dengan semakin
jarang berkomunikasi dan sudah tidak pernah ketemu, perempuan itu mencoba untuk
terbiasa dengan keadaan ini. Tekadang iri melihat orang pacaran yang setiap
hari bertemu ataupun pacaran jarak jauh tetapi intensif dalam komunikasi.
Termasuk teman-temannya dikampus yang sering bergurau berdua dengan pacarnya.
Suatu hari entah
perasaan perempuan itu benar apa tidak, dia merasa ada yang aneh dengan
temannya dan ada yang aneh dengan perasaannya sendiri. Awalnya dia berpikir
“ahh mungkin ini perasaan perempuan yang sering labil dan terlalu sensitif.”
Tetapi dasar perempuan yah, makin berjalan jauh dan semakin mendekat malah
semakin aneh. Merasa ada perasaan lain ke orang lain. Tapi dia masih sadar jika
dia masih terikat hubungan. Oke ! ini hanya perasaan biasa. Atau aku keGRan, pikir
perempuan itu. Tapi perempuan itu sensitive, perempuan ingat kata-kata itu dari
teman dekatnya.
Apa perempuan itu
suka dengan laki-laki lain yang tak lain temannya? Bingung soal temannya dan
perasaannya sendiri, perempuan itu menceritakan ke temannya. Dan
*lalalalalalalalalalalala*, setelah bercerita dai awal hingga akhir teman
perempuan itu mengambil kesimpulan jika laki-laki itu suka sama perempuan itu.
Tapi perempuan itu berpikir hanya perasaannya saja.
“Ingat! Witing tresno
jalaran soko kulino,”kata temannya.
Artinya : suka itu
dimulai dari kebiasaan”
Ada juga nasihat
dari temannya, “Ditunggu aja apa maunya dia. Emang mungkin kita merasa ada
perasaan tau perhatian tapi jangan sampe dianggap lebih. Ingat aja kamu udah
punya.”
“Rumput tetangga
lebih hijau, mungkin itu yang lagi kamu pikirkan”
Dan
*lalalalalalalalalalala*
Karena pikirannya
yang nggak menentu ( alias galau ) dia berusaha untuk menceritakan itu ke
pacarnya. Pelan-pelan dia bercerita agar tak menyakiti perasaan pacarnya.
Perempuan :
“………………………………………………………………… Aku memang nggak sanggup pacaran jarak jauh. Aku
cuman nggak mau nantinya kita saling
kecewa. …………………………………………………………”
Laku-laki : “Lah terus ? Maafin
aku ya”
P : “Kok kamu yang minta maaf?”
L : “
…………………………………………………… intinya aku sering bikin kamu kecewa”
P : “Enggak, tapi
aku cuman mau ngeyakinin kamu lagi kalo aku nggak bisa jarak jauh. Aku nggak
mau kamu sakit hati dan begitupun aku. ”
L :
“……………………………………………………………. Kamu nggak sayang banget kita udah dua tahun.
………………………………………….”
Dan saat pacarnya
ngomong seperti itu, perempuan itu mengurungkan niatnya untuk melanjutkan
pembicaraan. Tapi sungguh perempuan itu juga sebenarnya sangat menyayangkan
jika semua berakhir, baginya laki-laki yang sekarang menjadi pacarnya itu sudah
dia rasa sebagai pribadi yang lengkap. Dari umur, pekerjaan, sikap, tutur, dan
lainnya yang memang menjadi kelebihan
laki-laki itu. Satu hal yang hanya dia ragukan adalah mengenai keyakinan
tentang perasaan masing-masing. Tapi terkadang perempuan itu merasa sangat
kurang dari perempuan yang lain, ada perasaan minder dari dirinya. Saat
perempuan itu sedang bad mood, pacarnya itulah yang terkadang membuatnya bisa
menahan diri. Persaan kangen selalu ada setiap saat.
Tapi kembali ke
perkataan temannya “Witing tresno jalaran soko kulino.” Pertemuan yang sering
dan komunikasi yang sering membuat perasaan perempuan itu timbul lagi ke
temannya namun terkadang tenggelam, timbul lagi dan tenggelam lagi. Perasaan ingin
tahu juga apa yang dirasakan ke temannya ke dia. Suka atau tidak itu menjadi
pertanyaan yang selalu ada. Tapi dia selalu ingat, rencana, kemauan, perasaan
itu terkadang tak seindah yang diinginkan.
Nah dari cerita
tersebut setiap pribadi dapat menyimpulkan setia atau tidak perempuan dalam
cerita.










